Soe Hok Gie
Dari Wikiquote Indonesia, koleksi
kutipan bebas berbahasa Indonesia.
Langsung ke: navigasi, cari
Wikipedia memiliki artikel ensiklopedia
mengenai:
Soe Hok Gie
Soe Hok Gie (Templat:Lahirmati) adalah salah seorang aktivis
Indonesia dan mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Indonesia Jurusan Sejarah
tahun 1962–1969.
Kutipan :
Seorang filsuf Yunani pernah menulis … nasib terbaik adalah
tidak dilahirkan, yang kedua dilahirkan tapi mati muda, dan yang tersial adalah
umur tua. Rasa-rasanya memang begitu. Bahagialah mereka yang mati muda.
Kehidupan sekarang benar-benar membosankan saya. Saya merasa
seperti monyet tua yang dikurung di kebun binatang dan tidak punya kerja lagi.
Saya ingin merasakan kehidupan kasar dan keras … diusap oleh angin dingin
seperti pisau, atau berjalan memotong hutan dan mandi di sungai kecil …
orang-orang seperti kita ini tidak pantas mati di tempat tidur.
Akhir-akhir ini saya selalu berpikir, apa gunanya semua yang
saya lakukan ini. Saya menulis, melakukan kritik kepada banyak orang … makin
lama makin banyak musuh saya dan makin sedikit orang yang mengerti saya.
Kritik-kritik saya tidak mengubah keadaan. Jadi, apa sebenarnya yang saya lakukan
… Kadang-kadang saya merasa sungguh kesepian.
Saya mimpi tentang sebuah dunia, di mana ulama - buruh - dan
pemuda, bangkit dan berkata - stop semua kemunafikan, stop semua pembunuhan
atas nama apa pun. Tak ada rasa benci pada siapa pun, agama apa pun, dan bangsa
apa pun. Dan melupakan perang dan kebencian, dan hanya sibuk dengan pembangunan
dunia yang lebih baik.
Beberapa bulan lagi saya akan pergi dari dunia mahasiswa.
Saya meninggalkan dengan hati berat dan tidak tenang. Masih terlalu banyak kaum
munafik yang berkuasa. Orang yang pura-pura suci dan mengatasnamakan Tuhan …
Masih terlalu banyak mahasiswa yang bermental sok kuasa. Merintih kalau
ditekan, tetapi menindas kalau berkuasa.
Hanya mereka yang berani menuntut haknya, pantas diberikan
keadilan. Kalau mahasiswa Indonesia tidak berani menuntut haknya, biarlah
mereka ditindas sampai akhir zaman oleh sementara dosen-dosen korup mereka.
Kami jelaskan apa sebenarnya tujuan kami. Kami katakan bahwa
kami adalah manusia-manusia yang tidak percaya pada slogan. Patriotisme tidak
mungkin tumbuh dari hipokrisi dan slogan-slogan. Seseorang hanya dapat
mencintai sesuatu secara sehat kalau ia mengenal objeknya. Dan mencintai tanah
air Indonesia dapat ditumbuhkan dengan mengenal Indonesia bersama rakyatnya
dari dekat. Pertumbuhan jiwa yang sehat dari pemuda harus berarti pula
pertumbuhan fisik yang sehat. Karena itulah kami naik gunung.
Yang paling berharga dan hakiki dalam kehidupan adalah dapat
mencintai, dapat iba hati, dapat merasai kedukaan…
kekuasaan cenderung korup, dan kekuasaan absolut cenderung
korupsi
Kalau kau tak sanggup menjadi beringin yang tegak dipuncak
bukit
lebih baik diasingkan/dikucilkan daripada menyerah terhadap
kemunafikan
“Nobody can see the trouble I see, nobody knows my
sorrow." dari Soe Hok Gie: Catatan Seorang Demonstran
“Tapi sekarang aku berpikir sampai di mana seseorang masih
tetap wajar, walau ia sendiri tidak mendapatkan apa-apa. seseorang mau
berkorban buat sesuatu, katakanlah, ide-ide, agama, politik atau pacarnya. Tapi
dapatkah ia berkorban buat tidak apa-apa (Catatan Seorang Demonstran, h. 101)”
“Bagiku ada sesuatu yang paling berharga dan hakiki dalam
kehidupan: 'dapat mencintai, dapat iba hati, dapat merasai kedukaan'. Tanpa itu
semua maka kita tidak lebih dari benda. Berbahagialah orang yang masih
mempunyai rasa cinta, yang belum sampai kehilangan benda yang paling bernilai
itu. Kalau kita telah kehilangan itu maka absurdlah hidup kita” ― Soe Hok Gie,
Soe Hok Gie: Catatan Seorang Demonstran
“Dan seorang pahlawan adalah seorang yang mengundurkan diri
untuk dilupakan seperti kita melupakan yang mati untuk revolusi (Catatan
Seorang Demonstran, h. 93)”
“Mimpi saya yang terbesar, yang ingin saya laksanakan adalah,
agar mahasiswa Indonesia berkembang menjadi “manusia-manusia yang biasa”.
Menjadi pemuda-pemuda dan pemudi-pemudi yang bertingkah laku sebagai seorang
manusia yang normal, sebagai seorang manusia yang tidak mengingkari eksistensi
hidupnya sebagai seorang mahasiswa, sebagai seorang pemuda dan sebagai seorang
manusia. ”
“Makhluk kecil kembalilah. Dari tiada ke tiada. Berbahagialah
dalam ketiadaanmu.” ― Soe Hok Gie, Soe Hok Gie: Catatan Seorang Demonstran
“Saya mimpi tentang sebuah dunia dimana ulama, buruh, dan
pemuda bangkit dan berkata, “stop semua kemunafikan ! Stop semua pembunuhan
atas nama apapun.. dan para politisi di PBB, sibuk mengatur pengangkatan
gandum, susu, dan beras buat anak-anak yang lapar di 3 benua, dan lupa akan
diplomasi. Tak ada lagi rasa benci pada siapapun, agama apapun, ras apapun, dan
bangsa apapun..dan melupakan perang dan kebencian, dan hanya sibuk dengan
pembangunan dunia yang lebih baik.”
“Aku kira dan bagiku itulah kesadaran sejarah. Sadar akan
hidup dan kesia-siaan nilai.” ― Soe Hok Gie, Soe Hok Gie: Catatan Seorang
Demonstran
“Tetapi kenang-kenangan demonstrasi akan tetap hidup. Dia
adalah batu tapal daripada perjuangan mahasiswa Indonesia, batu tapal dalam
revolusi Indonesia dan batu tapal dalam sejarah Indonesia. Karena yang
dibelanya adalah keadilan dan kejujuran.”
“Potonglah kaki tangan seseorang lalu masukkan di tempat 2 x
3 meter dan berilah kebebasan padanya. Inilah kemerdekaan pers di Indonesia.”
“Dunia ini adalah dunia yang aneh. Dunia yang hijau tapi
lucu. Dunia yang kotor tapi indah. Mungkin karena itulah saya telah jatuh cinta
dengan kehidupan. Dan saya akan mengisinya, membuat mimpi-mimpi yang indah dan
membius diri saya dalam segala-galanya. Semua dengan kesadaran. Setelah itu
hati rasanya menjadi lega.”
“Ketika Hitler mulai membuas maka kelompok Inge School
berkata tidak. Mereka (pemuda-pemuda Jerman ini) punya keberanian untuk berkata
"tidak". Mereka, walaupun masih muda, telah berani menentang
pemimpin-pemimpin gang-gang bajingan, rezim Nazi yang semua identik. Bahwa
mereka mati, bagiku bukan soal. Mereka telah memenuhi panggilan seorang
pemikir. Tidak ada indahnya (dalam arti romantik) penghukuman mereka, tetapi
apa yang lebih puitis selain bicara tentang kebenaran.”
“Karena aku cinta pada keberanian hidup”
[sunting]
Puisi
Jadilah saja belukan Tapi belukan terbaik yang tumbuh ditepi
danau Kalau kau tak sanggup menjadi belukan Jadilah saja rumput Tapi rumput
yang memperkuat tanggul pinggiran jalan Tidak semua jadi kapten Tentu harus ada
awak kapalnya Bukan besar kecilnya tugas yang menjadikan tinggi rendahnya nilai
dirimu Jadilah saja dirimu, sebaik-baiknya dirimu sendiri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar